Batu bata menjadi material yang dibutuhkan dalam pembangunan sebuah rumah. Pemakaian batu bata digunakan untuk membuat dinding rumah agar kokoh. Jenis batu bata untuk dinding rumah ada beragam, mulai dari bata merah, bata ringan atau hebel, batako, bata ekspos, hingga bataton. Bata merah dan hebel menjadi jenis bata yang paling umum digunakan untuk membangun rumah. Bata merah sudah digunakan sejak dulu sebagai bahan bangunan. Kini bata tersebut masih menjadi favorit masyarakat. Sedangkan hebel merupakan inovasi bata jenis baru.
baca juga, Summarecon dan Toyota Housing Hadirkan Verena Homes di Karawang
Kedua jenis bata tersebut memiliki perbedaan. Harga hebel dengan bata merah berbeda. Proses pembuatan keduanya juga berbeda. Begitu pula dengan tekstur dan karakteristiknya. Lalu, lebih bagus hebel atau bata merah? Bata ringan AAC (Aerated Autoclaved Concrate) hadir
sebagai solusi bagi Anda yang ingin membangun rumah dengan waktu singkat dan hemat biaya. Pengerjaan dengan bata ringan bisa dilakukan minimal 3 kali lebih cepat dan rapi karena dimensinya yang lebih besar dan presisi daripada bata merah. Dengan dimensi yang lebih besar,
maka untuk luasan bangunan yang sama, waktu pengerjaan yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Sekalipun bata ringan memiliki banyak kelebihan, sebagian masyarakat masih memilih untuk menggunakan bata merah dibanding bata ringan. Salah satu faktor yang menyebabkan pemilihan itu adalah pendapat bahwa bata ringan mudah hancur.
Jika Anda akan membuat rumah dengan membandingkan bata merah dengan bata ringan, mana yang akan Anda lakukan? Tindakan pertama yang paling mudah dilakukan adalah bertanya pada orang lain. Tidak selamanya sebuah pertanyaan dijawab dengan benar. Faktor preferensi
(lebih suka akan suatu hal) bisa mengurangi obyektifitas penilaian terhadap penilaian bata ringan. Di saat seseorang lebih menyukai bata merah karena sudah terbiasa, orang tersebut memiliki kecenderungan untuk tidak menyarankan penggunaan bata ringan. Kepribadianpun
juga berpengaruh. Orang yang sudah terbiasa untuk percaya tanpa membuktikan sendiri tentu hanya akan berbicara hanya berdasarkan informasi yang mereka miliki. Jika lingkungannya mengatakan bahwa bata merah bagus, tanpa pernah memiliki kesempatan untuk membuktikannya sendiri, orang tersebut memiliki kecenderungan untuk mengatakan hal yang sama.
BATA MERAH VS BATA RINGAN
Bata ringan diproduksi dengan menggunakan beberapa macam bahan baku. Diantaranya adalah semen, pasir silika, gypsum, kapur dan aluminium pasta. Pembuatan bata ringan dimulai dengan proses pencampuran dari semua bahan tersebut diatas untuk dijadikan adonan. Adonan yang telah terbentuk dituangkan ke dalam bejana untuk kemudian mengembang. Setelah mengering, maka bata akan dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Untuk kemudian dimasukkan ke dalam mesin autoclaved selama beberapa jam. Proses dengan mesin ini akan menghasilkan kekuatan untuk bata.
Proses pembuatan bata merah berbeda dengan bata ringan. bata merah hanya menggunakan tanah liat yang dilebur untuk kemudian dicetak sesuai ukuran sebenarnya dan kemudian dibakar hingga berwarna merah agar mengeras. Jika dibandingkan dengan bata merah, bata ringan memiliki komponen pengikat dan pengeras berupa semen. Semen adalah bahan pengikat, zat yang digunakan untuk konstruksi yang membuat, mengeraskan, dan melekat pada bahan lain untuk mengikatnya. Daya ikat semen masih jauh lebih tinggi daripada tanah liat. Semen lah yang berperan penting dalam sebuah konstruksi. Tidak percaya? Coba potong bata ringan seukuran dengan ukuran bata merah. Kemudian hantamkan satu sama lain dengan imbang. Manakah pecah terlebih dahulu?
Untuk tes yang lebih valid dan profesional, Anda bisa menggunakan tes mandiri di lab sipil milik perusahaan atau universitas tertentu. Data tes tekan menunjukkan bahwa bata ringan masih lebih kuat dibanding dengan bata merah. Rata-rata hasil bata merah mampu menahan beban hingga 25,49 kg/cm2. Sedangkan rata-rata bata ringan mampu menahan beban hingga 40,78 kg/cm2. Di sini kita bisa melihat bahwa kekuatan bata ringan hampir 2x lebih kuat daripada bata merah.
Tapi mengapa dinding bata merah lebih sulit dipaku daripada dinding bata ringan? Ini adalah pertanyaan paling umum masyarakat awam.
Secara tidak sadar mereka mengira bahwa lebih susah dipaku menjadikannya lebih kuat. Bata ringan “lebih empuk” berarti lebih buruk. Pendapat dan cara membandingkan seperti ini tidak benar. Mengapa begitu? Sama seperti pembahasan sebelumnya kuncinya masih terletak pada semen.
Dinding terluar sebuah bangunan terdiri dari lapisan semen, yang bersifat mengikat, melekat dan keras. Tahukah Anda ketebalan plaster semen dinding yang terbuat dari bata merah dan bata ringan? Plaster bata merah bisa mencapai 4 cm, plaster bata ringan hanya sekitar 4 mm atau hanya 10% dari bata merah. Bata merah membutuhkan semen setebal 4 cm karena permukaan per biji bata merah tidak rata. Antara satu bata merah dengan bata merah yang lain juga lebih tidak rata. Berbeda dengan bata ringan yang presisi, seragam dan rata, kebutuhan semen untuk bata ringan lebih sedikit.
Bagi Anda yang mulai bingung, Anda boleh bertanya apa hubungannya? Ketika Anda akan memaku sebuah tembok, lapisan pertama yang pertama kali ditembus paku tersebut adalah lapisan semen plaster. Semen juga yang memberikan ketahanan pada dinding dan menghasilkan sensasi lebih susah ditembus. Pada dinding bata merah, paku harus menembus lapisan semen setebal 4 cm, sedangkan pada bata ringan hanya 4 mm. Pukulan ujung paku beberapa kali saja sudah mampu menembus lapisan setebal 4 mm. Berarti dinding bata ringan lebih jelek? Lakukan cara pembanding dengan benar terlebih dahulu.
Untuk membandingkan dengan lebih tepat, Anda harus melakukannya dengan cara yang benar. Jika bata merah menggunakan plaster setebal 4 cm, bata ringan juga harus memiliki ketebalan 4 cm juga. Apakah sensasi menembus bata merah masih lebih sulit daripada bata ringan? Anda bisa menilainya sendiri.
Selain itu Anda juga bisa melakukan cara tes yang lain. Sama seperti tes sebelumnya, ambil bata merah dan bata ringan yang memiliki dimensi yang sama kemudian paku tepat di titik yang sama antar kedua batu tersebut. Bata merah akan memiliki kecenderungan untuk lebih mudah terbelah karena pada bata tersebut tidak ada bahan pengikat dan pengeras seperti yang ada pada bata ringan.
Jika memang bata ringan lebih kuat, candi dan bangunan bersejarah yang terbuat dari bata merah lama masih kokoh berdiri selama ratusan tahun.
Adalah sebuah kenyataan candi dan bangunan bersejarah mayoritas terbuat dari bata merah. Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana, karena perkembangan teknologi. Pada zaman manusia mulai mengenal tempat tinggal, bahan bangunan untuk dinding yang paling sering digunakan adalah batu, baru kemudian tanah liat. Tanah liat yang kemudian dibentuk menjadi batu bata menjadi pilihan yang populer karena lebih ringan, lebih kecil, dan lebih mudah digunakan sesuai selera. Selama berabadabad batu bata sendiri memiliki ciri khas sesuai daerah
produksi dan perkembangan dari waktu ke waktu. Baru pada tahun 1924, bata ringan ditemukan di Swedia dan menjadi populer di Eropa. Pembangunan terus terjadi tanpa mengenal teknologi apa yang sedang terjadi. Bata ringan ditemukan jauh setelah bata merah. Bata
ringan ditemukan pada 1924, baru dikembangkan lebih lanjut pada 1943 oleh Joseph Hebel. Baru pada 1967 didirikan pabrik bata ringan pertama di Jepang. Bata ringan sendiri masuk pertama kali di Indonesia pada 1995 di Jawa Barat dengan nama PT Hebel Indonesia. Masyarakat
kemudian mulai memberikan nama Hebel pada bata ringan sejak saat itu. Bata ringan sendiri baru populer sekitar tahun 2012 ketika produsen bata ringan mulai bermunculan.
Apakah waktu bisa menjadi ukuran bahwa bata merah lebih kuat?
Waktu tidak bisa menjadi ukuran yang menyatakan bahwa bata merah lebih kuat dibandingkan bata ringan. Dari pembahasan singkat di atas, kita tahu bahwa bata merah ditemukan dan digunakan jauh lebih dulu daripada bata ringan. Bukan karena merah lebih kuat, tapi pada saat itu
memang belum ditemukan alternatif bata merah sebagai bahan pembanding.
Candi dan beberapa bangunan bersejarah memang terbuat dari bata merah, beberapa diantaranya bahkan sudah dilakukan proses pemugaran untuk menjaga kualitas bangunan dan tetap berdiri sesuai aslinya. Pemugaran juga dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada
tanpa mengurangi keaslian bangunan tersebut. Bata ringan yang relatif baru jelas tidak dapat melakukan pembuktian jika dilihat dari lama bangunan tersebut berdiri.
Jika Anda hendak membandingkan bata merah dan bata ringan dalam bentuk bangunan, pastikan bahan, kualitas dan teknik yang digunakan sama persis supaya Anda tahu mana yang lebih baik. Cara paling mudah adalah melalui tes lab sipil untuk mengetahui daya tekan bata-bata
tersebut.
Bahan Utama Bata Hebel dan Bata Merah
Terkait pembuatannya, bata merah diproduksi dari tanah liat dengan proses pencetakan yang kemudian dibakar pada suhu tinggi hingga mengering dan mengeras. Sementara itu, bata hebel yang terdiri dari dua jenis, yakni Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC) menggunakan bahan utama yang sedikit lebih kompleks dibandingkan material bata merah.
Untuk bata hebel AAC, proses produksi yang dilakukan menggunakan bahan utama berupa semen, pasir kwarsa, kapur, gypsum, air, dan pasta aluminium. Sementara, untuk bata hebel CLC dibuat menggunakan bahan utama seperti pasir, semen, air, dan busa.
Kekuatan Bata Hebel dan Bata Merah
ketimbang tanah liat pada bata merah. Alhasil, kekuatan bata hebel jauh lebih unggul. Terlebih lagi, material bata hebel ini pun menggunakan campuran bahan yang sama seperti bahan pembuatan beton sehingga memenuhi standar untuk pembuatan bangunan tahan gempa. Pada sejumlah tes yang dilakukan, material bata merah pun hanya memiliki kemampuan untuk menahan beban sekitar 25 kilogram per sentimeter persegi. Sementara, bata hebel dapat menahan beban mencapai 40 kg per sentimeter persegi. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa bata hebel memiliki kekuatan dua kali lebih baik ketimbang bata merah.
Penggunaan Bata Hebel dan Bata Merah
Umumnya, bata merah dibuat oleh industri rumahan, sedangkan bata hebel diproduksi menggunakan teknologi yang lebih modern sehingga memengaruhi kerapian yang dihasilkan. Bata hebel mempunyai ukuran, bentuk, dan kualitas yang seragam agar memudahkanmu dalam
mengaplikasikannya. Lain halnya dengan bata merah yang memiliki ukuran dan bentuk tidak seragam sehingga memerlukan plesteran tebal untuk menghasilkan dinding rata.
Meskipun demikian, bata merah lebih mudah untuk dipasang karena tidak memerlukan keahlian khusus, sedangkan bata hebel sebaiknya dipasangkan oleh ahli khusus agar hasilnya presisi. Selain itu, bata merah pun sangat cocok digunakan pada bidang bangunan yang kecil,
sedangkan bata hebel lebih pas digunakan pada bangunan yang terdiri dari beberapa lantai.
Bobot Bata Hebel dan Bata Merah
Meskipun memiliki dimensi fisik lebih kecil, tapi bata merah memiliki bobot yang tergolong berat sehingga memengaruhi durasi waktu pengangkutan, pemasangan, serta dapat membebani struktur penopangnya. Sementara itu, bata hebel memiliki karakter berbeda, dimana
ukurannya yang ringan tak hanya mempermudah proses pengangkutan, tapi juga membuat durasi pemasangan lebih cepat, aman, dan dapat menopang struktur secara lebih prima.
Harga Bata Hebel dan Bata Merah
Sangat mudah ditemukan di hampir semua toko material, bata merah dijual dengan harga yang cukup terjangkau sehingga sangat cocok digunakan bagi seseorang yang memiliki anggaran terbatas untuk membangun hunian impian. Lain halnya dengan bata hebel yang
ketersediaannya saat ini masih cukup jarang sehingga dijual dengan harga yang lebih mahal ketimbang bata merah.
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/hebel-vs-bata-merah-mana-yang-lebih-bagus-untuk-rumah/