Haji, Napak Tilas Drama Kosmos (18) Dari al-Khalq Menuju al-Haq (Bagian 1)

Nasional12 Dilihat


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Perjalanan pertama pencari Tuhan (salik, jamaknya: suluk) ialah meninggalkan paradigma wujud materi (al-nasy’at al-maddiyah) yang kemudian disebut al-khalq, menuju kepada Allah SWT, yang kemudian disebut al-Haq. Sang salik harus bersedia menanggalkan cara pandang materi terhadap dirinya (al-wujud al-maddiyah) beralih ke cara pandang wujud keilahian (al-wujud al-haqqani).

Al-wujud al-haqqani sebuah maqam spiritual di mana para salik berada di puncak keikhlasan sebagai hamba sehingga tidak ada lagi sifat-sifat egoisme (ananiyyah) dan keakuan (inniyyah) di dalam dirinya. Ia tidak lagi hidup di dalam cengkeraman nafsu dan keinginan yang bersifat thabi’i, tetapi sudah menembus hijab-hijab awam. Tidak ada lagi urusan dengan dosa-dosa dan kemaksiyatan karena ia sudah lama berpaling dari daya tarik nafsu biologis.

Baca juga : Jenjang Transformasi Spiritual Manusia (al-Maratib al-Sair)

Ia tidak lagi melihat sesuatu apapun dari berbagai wujud yang ada selain hanya Dia (al-Haq). Ia menyaksikan segala sesuatu semuanya indah dan baik. Ia tidak lagi menyaksikan sedikitpun keburukan tampak pada segala sesuatu, karena itu ekspresi wajahnya selalu penuh dengan senyum dan keceriaan. Ia tidak menyisahkan sedikit pun benci dan dendam di dalam dirinya karena ia sadar terhadap hakekat segala kenyataan. Cintanya sudah memenuhi seluruh relung-relung jiwanya sehingga tidak tersisa sedikit pun ruang untuk membenci siapapun, seper ti yang pernah dilontarkan Rabi’ah al-Adawiyah ketika ia ditanya seseorang: “Apakah engkau benci kepada Setan?” Ia jawab: “Tidak, cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa benci kepada setan”.

Para salik di maqam ini sudah mulai menyadari bahwa sesungguhnya keberadaan wujud meteri ini hanya satu (al-wahdah/the oneness), meskipun terdiri atas berbagai bentuk dan jenis sehingga tampak kelihatan banyak sekali (al-katsrah/ the manyness). Mereka juga menyadari bahwa pergerakan dan mobilitas berbagai materi wujud itu tidak lagi melalui proses tajafi sebagaimana pandangan mata awam melihatnya, melainkan sudah melihat ada kekuatan tajalli pada segala bentuk dan dan jenis makhluk. (Tajafi dan Tajalli sudah dibahas dalam artikel terdahulu).

READ  IHSG Anjlok Perdagangan Bursa Distop 30 Menit Tenang Ekonomi Kita Masih Kuat

Baca juga : Transformasi Wujud Spiritual Manusia (Bagian 2)

Hijab atau tantangan paling berat bagi para salik di maqam awal ini ialah keberadaan keanekaragaman makhluk. Selama orang masih terkecoh menyaksikan keberanekaragaman (al-katsrah /the manyness) maka sulit untuk menyaksikan keseragaman (al-wahdah/the oneness). Para salik di maqam ini harus mempu meninggalkan cara pandang pluralitas alam menjadi singularitas alam. Dengan kata lain, bagaimana mengubah paradigma “yang banyak” menjadi “yang satu”. Yang banyak ini pada hakekatnya satu dan yang satu itu pada hakekatnya Dia Yang Maha Esa (Allahu Ahad).
 Selanjutnya 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *