Bukan Sekadar Sekolah, APDEC 2025 Dorong Pendidikan yang Memanusiakan

Nasional5 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Pendidikan bukan cuma soal seragam dan ujian, tapi tentang proses membentuk manusia seutuhnya. Pesan ini jadi sorotan utama dalam perhelatan Asia Pacific Democratic Educational Conference (APDEC) 2025 yang digelar di Bogor.

APDEC 2025 dan Pernas 4 Jaringan Pendidikan Alternatif Indonesia (JPA) adalah ruang pertemuan lintas batas untuk bersama-sama merumuskan arah pendidikan yang lebih inklusif, humanis, dan selaras dengan nilai-nilai keberagaman serta kebutuhan masa depan. Bukan sekadar membicarakan sistem, tapi juga bagaimana kita memanusiakan proses belajar,” ujar Ketua Penyelenggara APDEC 2025 Monika Irayati, Sabtu (19/7/2025).

Selama bertahun-tahun, sistem pendidikan di banyak negara masih menekankan kepatuhan, ujian, dan kurikulum seragam.

Baca juga : Indonesia Tuan Rumah APDEC 2025, Pendidikan Alternatif Makin Bersinar

Namun peserta dari 15 negara yang hadir di APDEC sepakat, pendekatan itu sudah usang. Pendidikan harus menumbuhkan, bukan menaklukkan.

Perwakilan Australia memaparkan bagaimana sekolah independen awalnya tak didanai pemerintah karena tak sesuai regulasi. Namun lewat perjuangan komunitas, sekolah-sekolah itu berhasil mengembangkan kurikulum mandiri dan akhirnya diakui serta didanai sebagai bentuk homeschooling formal.

Di Thailand, pembentukan flexible learning center lahir sebagai respons atas sistem formal yang membatasi kreativitas anak. Meski belum mendapat dukungan penuh pemerintah, pandemi Covid-19 membuka jalan regulasi baru.

Baca juga : Kali Pertama Digelar, CESA 2025 Kasih Penghargaan Puluhan Wanita Berbakti

Kini makin banyak komunitas mulai merancang kurikulum yang lebih kontekstual dan humanistik. Salah satu isu krusial yang dibahas adalah anggapan bahwa kebebasan dalam pendidikan akan menjadikan anak egois.

Namun para peserta APDEC menjawab kekhawatiran itu lewat konsep “kebebasan dalam komunitas”. Anak-anak diajak memahami bahwa mereka bagian dari kelompok dan kebebasan mereka tidak boleh melanggar hak orang lain.

READ  Anggaran Kementerian Lembaga Dipotong Pelayanan ke Rakyat Jangan Terganggu

“Kesepakatan bersama lebih kuat daripada aturan yang dipaksakan. Anak-anak belajar tanggung jawab sosial sejak kecil, bukan karena takut hukuman, tapi karena sadar akan pentingnya hidup bersama,” kata Kageki Asakura, fasilitator sekolah demokratis asal Jepang.

Baca juga : Gacor, Jens Raven Nggak Nyangka Cetak 6 Gol

Dengan semangat keterbukaan, partisipasi, dan kepercayaan, APDEC 2025 mengajak masyarakat membayangkan ulang pendidikan.

Bukan soal mencetak lulusan seragam, tapi menemani anak-anak tumbuh dengan keunikan mereka.

“Demokrasi yang sejati berakar pada kapasitas setiap warga negara untuk berpikir kritis, berpartisipasi aktif, menghargai keberagaman, dan terus belajar untuk beradaptasi. Inilah mengapa pendidikan sepanjang hayat (long life education) jadi krusial,” tegas Dr Baharuddin dalam sambutannya.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *