RM.id Rakyat Merdeka – Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI Bidang Transformasi Digital Nasional, Nadratuzzaman Hosen menekankan pentingnya membangun pola pikir yang tepat dalam pengelolaan zakat.
Pola pikir dinilai berperan besar dalam menentukan strategi, kebijakan, hingga dampak zakat bagi masyarakat.
Hal tersebut disampaikan dalam forum Management Upgrade dengan tema “Tujuh Gaya berpikir” yang diselenggarakan Pusdiklat di Gedung BAZNAS RI, Jakarta, dan disiarkan melalui kanal YouTube BAZNAS TV, Rabu (3/9/2025).
Hadir sebagai narasumber Pimpinan BAZNAS RI Bidang Transformasi Digital Nasional Nadratuzzaman Hosen, serta diikuti para amil dari BAZNAS provinsi, kabupaten, dan kota seluruh Indonesia.
“Kita menyadari bersama bahwa cara atau pola berpikir itu penting. Ada pola-pola berpikir yang relevan, baik dalam dunia ilmiah maupun dalam konteks zakat. Cara berpikir inilah yang memengaruhi perilaku dan keputusan, termasuk dalam merespons situasi ekonomi, strategi penghimpunan zakat, hingga prioritas pendistribusian,” ujar Nadratuzzaman.
Ia menyebut, ada tujuh pola berpikir yang relevan untuk dipraktikkan, yakni critical thinking, analytical thinking, abstract thinking, creative thinking, concrete thinking, convergent thinking, dan divergent thinking.
Setiap pola berpikir, kata dia, dapat menjadi instrumen penting dalam menyusun strategi yang tepat bagi lembaga maupun individu.
Baca juga : Bangun Budaya Kerja Progresif, Komitmen LPKR Terhadap Pengembangan Karyawan
Berpikir kritis, menurutnya, menjadi salah satu aspek mendasar yang juga dianjurkan dalam Al-Qur’an.
“Dalam Surah Ali Imran disebutkan bahwa manusia diajak berpikir kritis, mempertanyakan segala sesuatu, dan mencari bukti sebelum mengambil keputusan,” ujar Nadratuzzaman.
Ia menambahkan, budaya berpikir kritis sering dianggap oleh sebagian orang mengganggu, baik di lingkungan kerja maupun sosial.
“Melalui kritik yang sehat, BAZNAS bisa memperbaiki strategi penghimpunan zakat dan meningkatkan kepercayaan publik,” tuturnya.
Selain itu, kata Nadratuzzaman, analytical thinking atau berpikir analitis sangat dibutuhkan dalam mengurai persoalan pengelolaan yang kompleks menjadi bagian kecil.
Menurutnya, pola ini dibutuhkan dalam pengelolaan zakat agar keputusan diambil berbasis data dan analisis sebab-akibat.
Lebih lanjut Nadratuzzaman mengatakan, abstract thinking juga diperlukan untuk membaca tren zakat ke depan.
Baca juga : Makan Malam Bersama, Kapolri Beri Motivasi Pasukan Pengamanan DPR
“Dengan pandangan abstrak, BAZNAS dapat merancang program jangka panjang yang relevan dengan perubahan zaman,” ujarnya.
Dalam hal inovasi, Nadratuzzaman menekankan perlunya creative thinking. “Lembaga atau organisasi harus menumbuhkan iklim kreatif agar menghasilkan terobosan nyata, bukan sekadar mengikuti pola lama,” ungkap Nadratuzzaman.
Ia juga menyoroti concrete thinking yang berfokus pada capaian jangka pendek. Contohnya, BAZNAS menetapkan minimal 80 persen dana zakat yang dihimpun harus segera disalurkan setiap tahun.
“Itu orientasi konkret yang memastikan zakat segera dirasakan manfaatnya,” ungkapnya.
Sementara itu, kata dia, convergent thinking diperlukan dalam pengambilan keputusan strategis.
“Pemimpin BAZNAS harus bisa memilih opsi terbaik di antara banyak alternatif, dengan mempertimbangkan plus minusnya. Ini agar keputusan benar-benar efektif,” tambahnya.
Terakhir, ia menyampaikan, divergent thinking atau berpikir divergen dipandang penting sebagai pemicu inovasi, meskipun lemah dalam eksekusi.
Baca juga : BSI Hadirkan Deposit Booking Seat Bagi Perusahaan Penyelenggara Umrah Haji
“Pemikir divergen kaya ide, dan ide itu tetap berharga. Yang dibutuhkan kemudian adalah eksekutor yang mampu mewujudkannya,” ungkapnya.
Selain tujuh pola berpikir tersebut, Nadratuzzaman mengaitkan istilah ilmiah seperti postulat, aksioma, dalil, teori, asumsi, paradigma, dan mindset dengan pengelolaan zakat.
Menurut Nadratuzzaman, jika cara berpikir ilmiah ini dipadukan dengan nilai-nilai syariah, zakat tidak hanya dipandang sebagai kewajiban ibadah, tetapi juga instrumen pembangunan nasional.
“Perbedaan-perbedaan diantara kita ini mempengaruhi cara berpikir kita semua. Sekarang, bagaimana kita bisa memanfaatkan perbedaan tersebut di tempat yang tepat,” pungkasnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.