RM.id Rakyat Merdeka – Covid-19 dengan varian baru menyerang negara-negara ASEAN. Thailand, Malaysia, dan Singapura melaporkan ada peningkatan kasus. Korban jiwa pun mulai berjatuhan. Alhamdulillah, belum ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang wafat karena Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamai varian anyar ini dengan NB.1.8.1 alias Nimbus. Varian ini menyebar cepat. Thailand melaporkan 14.716 kasus baru dan sembilan orang meninggal di awal Juni. Yang paling parah melanda Bangkok, Chonburi, Nonthaburi, Nakhon Ratchasima, dan Saraburi.
Singapura juga sempat dilanda gelombang Covid-19. Untuk saat ini, Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menyampaikan, jumlah kasus mingguan turun dari 26.400 jadi 15.300 per Juni 2025, tanpa ada korban jiwa.
“Kabar baiknya adalah, kasus ICU (Unit Perawatan Intensif) tetap rendah secara konsisten selama gelombang ini, bertahan hanya sekitar dua hingga tiga kasus per hari,” terang Ong, seperti dikutip The Straits Times.
Di Malaysia, gelombang Covid-19 juga terjadi. Menteri Kesehatan Malaysia Dzulkefly Ahmad pun berusaha menenangkan warganya. Dia menyatakan, situasi terkendali tanpa ada laporan kematian sepanjang 2025.
Baca juga : ASDP Inisiasi Nias Sebagai Geopark
“Malaysia mencatat rata-rata sekitar 600 kasus per minggu, jauh di bawah ambang batas kewaspadaan nasional,” tulisnya, di media sosial X.
Gelombang kasus ini mendorong minat baru masyarakat Malaysia terhadap vaksinasi dan booster untuk Covid-19. Khususnya untuk populasi rentan.
“Sangat penting bagi individu yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi terbaru guna mempertahankan perlindungan yang kuat, terutama terhadap varian yang muncul,” jelas dokter umum Parmjit Singh dari Klinik Newcare, Malaysia, seperti dikutip The Straits Times.
Parmjit menunjukkan bahwa meski situasi Covid-19 di Malaysia mungkin tampak stabil, tetapi virus itu belum sepenuhnya hilang. “Warga Malaysia diimbau untuk menjaga kebersihan dengan baik, memakai masker di tempat yang ramai atau tertutup, dan mencari pertolongan medis jika muncul gejala,” terang Parmjit.
Bagaimana dengan kondisi di Tanah Air? Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan 179 kasus positif hingga minggu ke-24 tahun ini. Dari total pemeriksaan 10.057 spesimen, tercatat positivity rate kumulatif 1,78 persen.
Baca juga : Airlangga Lobi Singapura, Target Investasi Rp 652 T
“Itu gabungan dari laporan laboratorium dan pemantauan sentinel ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections),” jelas Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, Aji Muhawarman, Senin (16/6/2025).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa tren kasus Covid-19 di Indonesia tahun 2025 naik tipis dibanding 2024. Meski begitu, jumlahnya tidak terlalu banyak dan varian yang menyebar di Indonesia tidak berbahaya. “Variannya kan varian Omicron yang lemah, nggak usah khawatir,” ujarnya, di Jakarta, Sabtu (14/6/2025).
Menkes menegaskan, sampai saat ini belum ada laporan warga Indonesia yang meninggal dunia akibat Covid-19. Sebab, varian Omicron tidak seberbahaya Nimbus yang merebak di kawasan Asia Tenggara. “Belum,” ucapnya.
Meski begitu, dia tetap menyarankan agar masyarakat waspada dan melakukan uji lab Covid-19 meski hanya mengalami gejala seperti batuk atau tidak enak badan. “Rajin cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, dan kalau ada teman batuk jaga jaraknya,” ucapnya.
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama setuju dengan pernyataan Menkes. Dia bilang, masyarakat perlu memeriksakan diri jika ditemukan gejala Covid, apalagi ada riwayat perjalanan ke luar negeri.
Baca juga : ASN DKI Baiknya Digilir Naik Kendaraan Umum
“Tentu perlu dipertimbangkan bagaimana upaya kita di Indonesia untuk meningkatkan jumlah tes sehingga mendapat gambaran yang lebih jelas tentang varian-varian Covid-19 apa yang ada di negara kita,” ujar Prof Tjandra, kepada Rakyat Merdeka, Minggu (15/6/2025).
Dia juga mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Sebab, Covid-19 masih ada dan berkembang menjadi varian-varian baru.
Dia menjelaskan, selain menyebar di Jakarta, Covid-19 juga ada Kalimantan Timur setelah dua warganya dinyatakan positif usai di tes antigen, dan kini tengah dirawat di ruang isolasi. “Kasusnya masih ada di berbagai negara, termasuk negara kita. Jadi karena ada kasus maka tentu saja ada kemungkinan variasi peningkatan kasus dari waktu ke waktu,” pesan Adjunct Professor Griffith University, Australia, tersebut.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.