Kisah Piluh Hartinah, Nenek Pensiunan yang Jadi Korban Tipu-Tipu Apartemen Mewah di Surabaya

Infrastruktur60 Dilihat

Surabaya, propertyandthecity.com Di usianya yang senja, Hartinah (83), seorang nenek asal Kelurahan Kedurus, Kecamatan Karangpilang, Surabaya, hanya bisa memandangi langit-langit rumahnya yang bocor. Ia ingin memperbaiki atapnya, tapi tak ada lagi uang tersisa.

Semua tabungan hidup dan dana pensiun yang dikumpulkan selama puluhan tahun – sebanyak Rp924 juta – telah lenyap, raib bersama janji manis brosur sebuah proyek apartemen mewah yang tak kunjung berdiri.

“Saya tergoda karena gambarnya mewah, lokasinya strategis, di tengah kota. Ada peletakan batu pertama juga, dihadiri pejabat,” ucap Hartinah pelan, matanya menerawang, suaranya lirih menahan sesal, kepada awak media.

Janji Tinggal Janji

Kisah kelam ini bermula saat Hartinah menghadiri pameran properti sekitar tahun 2014. Di sana, ia dikenalkan pada proyek Apartemen The Frontage, yang disebut-sebut akan dibangun di kawasan prestisius Jalan Frontage Ahmad Yani, Surabaya.

Proyek ini tampak meyakinkan – brosur mencolok, maket elegan, dan klaim kehadiran pejabat dalam seremoni peletakan batu pertama. Tak hanya itu, para calon pembeli dijanjikan unit akan rampung dan siap huni dalam waktu tiga tahun setelah pembelian.

Dilansir dari tribunnews, (11/07/2025), Nenek Hartinah yang saat itu ingin berinvestasi untuk masa depan, memutuskan menyetorkan uangnya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya terkumpul nyaris satu miliar rupiah. Sebagian dibantu anak-anaknya. Tapi hingga tahun 2017, tak satu lantai pun berdiri. Hanya pondasi yang terlihat — dan sejak itu tak ada kemajuan sama sekali.

Baca Juga: Backlog: Kementerian PKP Siapkan BSPS dan Rumah Subsidi 2026

Bukan Hartinah Saja

Hartinah bukan satu-satunya korban. Lebih dari 100 orang lainnya juga bernasib serupa. Rata-rata telah melunasi pembelian unit pada 2017, namun hingga kini belum ada bangunan yang benar-benar terwujud. Estimasi kerugian total mencapai Rp150 miliar.

READ  Enam Tahun Synergy Indonesia Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Didampingi Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, serta seorang kuasa hukum bernama Sururi, para korban menggeruduk kantor pengembang di Jalan Dukuh Kupang Barat, menuntut pertanggungjawaban.

Menurut Sururi, pengembang yang bertanggung jawab adalah PT Tri Karya Graha Utama (TGU), namun para korban juga mendatangi PT Tri Karya Guna Utama, yang disebut memiliki keterkaitan erat. “Pimpinan Guna Utama dulu pernah menjadi Komisaris Graha Utama. Jadi bukan salah alamat, mereka terafiliasi,” ujarnya.

Baca Juga: Perempuan di Jakarta Timur Jadi Korban Penipuan Pengembang Perumahan, Laporkan ke ‘Lapor Mas Wapres’

Baca Juga: Dirut PT YVE Habitat Limo Dilaporkan ke Polisi Buntut Tipu Konsumen Hingga Miliaran

Wakil Wali Kota Turun Tangan

Kisah ini mencuat saat Armuji, yang akrab disapa Cak Ji, menerima laporan dari warga saat menggelar forum Rumah Aspirasi. Mendengar banyaknya korban, ia langsung terjun mendampingi para korban ke kantor pengembang.

“Saya minta PT Triguna Graha Utama bertanggung jawab. Jangan sampai rakyat Surabaya jadi korban janji palsu,” tegas Cak Ji di lokasi.

Di sana, mereka bertemu Budi Setiawan, kontraktor yang sebelumnya pernah menjadi Komisaris di perusahaan pengembang. Ia mengaku sudah tak lagi terlibat, dan perusahaan kini dikendalikan Setya Budijanto.

Saat dihubungi lewat sambungan telepon, Setya berdalih telah menyerahkan aset pribadinya sebagai bentuk tanggung jawab, namun belum ada kelanjutannya. Ia berjanji akan menjelaskan semuanya dalam pertemuan resmi dengan para korban dan pemerintah kota.

Harapan di Tengah Asa yang Pudar

Sementara proses hukum dan penyelesaian masih belum menemukan titik terang, Hartinah hanya bisa berharap. Ia tidak menuntut ganti rugi besar. Ia hanya ingin dana hidupnya dikembalikan agar bisa memperbaiki atap rumah, menyambung hidup dengan tenang di sisa usianya.

READ  Insentif Apartemen Lebih Efektif daripada Naikkan Pajak Rumah Tapak

“Kalau saya bisa bangun rumah yang layak saja sudah syukur… saya capek berharap,” ucapnya lirih.

Di balik gemerlap janji properti, kisah Hartinah menjadi pengingat bahwa tak semua yang mengilap itu emas. Saat investasi properti dijadikan ladang tipu daya, yang jadi korban bukan hanya uang — tapi juga harapan dan martabat manusia. (*)

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/tabungan-seumur-hidup-lenyap-kisah-piluh-hartinah-nenek-pensiunan-yang-jadi-korban-tipu-tipu-apartemen-mewah-di-surabaya/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *