Perang Israel-Iran Hanya Timbulkan Kerugian Sosial Dan Ekonomi

Nasional2 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Analis Kebijakan Madya Bidang Humas Ro Infohan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan, Kolonel Dedy Yulianto, menegaskan bahwa konflik terbuka antara Iran dan Israel hanya akan memperpanjang penderitaan rakyat sipil.

“Permusuhan keduanya merupakan salah satu sumber ketidakstabilan di Timur Tengah. Persaingan antara dua ‘musuh bebuyutan’ ini telah menimbulkan banyak korban jiwa,” kata Dedy, dalam keterangannya, Kamis (26/6/2025).

Menurut Dedy, baik Iran maupun Israel tengah mempertaruhkan ambisi strategis, harga diri nasional, dan posisi geopolitik di kawasan Timur Tengah. Ia bilang, Iran memiliki tiga skenario dalam merespons konflik.

“Pertama menggempur melalui rudal dan drone guna menguji sistem pertahanan Israel, iron dome. Kedua, menekan dengan ancaman penutupan Selat Hormuz yang dapat melumpuhkan jalur ekspor energi global. Ketiga, meredam melalui diplomasi sebagai opsi paling rasional untuk menghindari eskalasi total,” ungkapnya.

Baca juga : Presiden Tegaskan Energi Terbarukan Kunci Kemandirian Nasional

Kendati demikian, Dedy mengingatkan bahwa dinamika ini tidak hanya ditentukan oleh Iran dan Israel.

“Amerika Serikat memegang peran krusial sebagai pihak yang bisa menahan atau justru memperluas eskalasi,” tambahnya.

Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengancam penggunaan kekuatan militer penuh jika kepentingan AS diserang menambah ketegangan.

“Pertanyaannya kini adalah: apakah Trump akan meredakan konflik, atau justru menyulut api yang kian membesar?” kata Dedy.

Baca juga : Menag: Penerbangan Pemulangan Jemaah Haji Sudah Mulai Lancar

Menurut Dedy, konflik ini tidak lagi terbatas pada perang proksi, tetapi telah menjelma menjadi operasi militer terbuka, termasuk serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran.

Namun, Iran bukanlah kekuatan kecil. Sebagai salah satu great power regional, Iran memiliki kapasitas strategis yang signifikan, termasuk pengaruh terhadap jalur vital energi global.

READ  Sambut Mudik Lebaran KIA Gelar Program Purna Jual Movement to Fitr

Salah satu taktik paling strategis yang dapat ditempuh Iran adalah memblokade Selat Hormuz, jalur sempit sepanjang 167 km yang menjadi satu-satunya penghubung Teluk Persia dengan Laut Arab. Sekitar 20 persen pasokan minyak dunia melewati selat ini.

“Jika ditutup, harga minyak global diperkirakan bisa melambung hingga 100 dolar AS per barel, atau sekitar Rp 1,6 juta,” ucapnya. “Penutupan Selat Hormuz akan menjadi pukulan besar bagi pasar energi global dan bisa mendorong inflasi global,” sambung Dedy.

Baca juga : Perang Iran-Israel Kian Memanas, Golkar Usul Ke Prabowo Gunakan Soft Diplomacy

Meski begitu, sebagian analis memperkirakan bahwa dampak ini bersifat jangka pendek, karena OPEC masih memiliki ruang untuk menyesuaikan produksi. Pasar keuangan global pun mulai menunjukkan reaksi.

Saham Eropa sempat rebound tipis setelah pelemahan tajam, sementara imbal hasil obligasi AS naik karena kekhawatiran inflasi. Aset safe haven seperti emas dan dolar AS juga melonjak, dengan emas mendekati level tertinggi sepanjang sejarahnya.

Untuk itu, Dedy menyampaikan harapan agar kedua pihak segera mencari jalan damai.

“Dengan meningkatnya korban dan beban ekonomi yang besar, tekanan untuk menyudahi konflik ini akan semakin kuat. Dunia menanti langkah rasional, bukan letusan berikutnya,” pungkas Dedy.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *