Awal tahun 2025 menjadi periode yang menggembirakan bagi sektor pembiayaan perumahan syariah. Sepanjang triwulan pertama tahun 2025, pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BSI tumbuh sebesar 10,1% secara tahunan (year-onyear), melampaui rata-rata pertumbuhan nasional yang tercatat 9,13% berdasarkan data Surve Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia.
Pertumbuhan ini menjadi sinyal positif atas kepercayaan masyarakat terhadap solusi pembiayaan berbasis syariah yang stabil dan inklusif.
“Pada triwulan pertama tahun 2025, pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BSI mencatat pertumbuhan yang positif sebesar 10,1% secara year-on-year (YoY). Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan KPR perbankan nasional,” ujar Praka Mulia Agung, SVP Consumer Business 1 Group BSI kepada Majalah Property and the City, Jakarta, Jum’at(30/05/2025).
Praka menjelaskan, tren kenaikan suku bunga floating rate turut mendorong pergeseran preferensi masyarakat terhadap produk pembiayaan yang memberikan kepastian dalam pembayaran cicilan.
“Pertumbuhan KPR BSI ini didorong oleh dinamika suku bunga floating rate yang mulai meningkat, sehingga masyarakat mencari produk pembiayaan KPR dengan angsuran yang lebih tetap dan pasti selama masa tenor kredit,” jelasnya.
Namun, pertumbuhan tersebut tidak lepas dari sejumlah tantangan, terutama yang bersifat musiman. Salah satunya terjadi pada momen Hari Besar Keagamaan (HBK), yang berpengaruh terhadap pola belanja konsumen.
“Tantangan yang dihadapi penyaluran KPR di TW 1 adalah momen HBK Idul Fitri yang turut memengaruhi pola konsumsi masyarakat. Preferensi dan daya beli konsumen cenderung bergeser dari investasi properti ke konsumsi Lebaran, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam penyaluran KPR pada periode ini,” paparnya.
Strategi Efisien, Solusi Terjangkau
Untuk mengantisipasi risiko kenaikan suku bunga dalam sistem KPR floating rate, BSI menerapkan strategi efisiensi dana berbasis prinsip syariah.
“Melalui akad wadiah dalam pengelolaan Dana Pihak Ketiga, BSI mampu menekan biaya dana secara optimal, sehingga menciptakan ruang bagi penyaluran pembiayaan KPR dengan margin yang kompetitif dan angsuran yang lebih terjangkau,” ungkap Praka.
Strategi ini tidak hanya menjaga keberlanjutan portofolio kredit, tetapi juga mendukung akses perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah (MBR).
“Pendekatan ini memperkuat inklusi keuangan dengan memberikan kemudahan akses kepemilikan rumah bagi segmen MBR,” tambahnya.
Take Over KPR Naik, BSI Pilih Tetap Selektif
Pada periode yang sama, permintaan take over kredit KPR mencatat kontribusi sebesar 13%, meningkat dari 12% sepanjang tahun 2024. Meski demikian, Praka menegaskan bahwa take over bukan fokus utama strategi bisnis KPR BSI.
“Bank lebih menitikberatkan pada pemanfaatan nilai tambah yang dimiliki, yakni penawaran angsuran yang pasti dan tetap serta proses pengajuan yang lean dan efisien,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan, penerapan prinsip Know Your Customer (KYC) secara ketat sejak awal menjadi kunci dalam menjaga kualitas portofolio dan mitigasi risiko.
Kualitas Kredit Tetap Stabil
Di tengah kenaikan tingkat kredit bermasalah (NonPerforming Loan/NPL)di pasar KPR nasional yang mencapai 2,93%, BSI justru mampu menjaga stabilitas portofolio dengan mempertahankan NPL di angka 2,2% sepanjang triwulan pertama 2025.
“Tren NPL BSI yang relatif stabil ini mencerminkan efektivitas kebijakan manajemen risiko dan selektivitas dalam penyaluran kredit,” ujar Praka.
Ia menambahkan, salah satu strategi utama yang dijalankan adalah optimalisasi penetrasi pasar melalui jaringan nasabah BSI yang kini telah mencapai 20 juta, serta memperkuat kolaborasi strategis dengan pengembang properti terkemuka.
Punya Strategi Cerdas Evaluasi Calon Debitur
Dalam hal evaluasi kelayakan debitur, BSI memanfaatkan SLIK dari OJK sebagai salah satu instrumen utama.
“Catatan yang tercantum di SLIK tidak dimaksudkan sebagai penghambat, melainkan sebagai sumber informasi yang memberikan gambaran tentang riwayat pembiayaan nasabah,” jelas Praka.
Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan kompleksitas perilaku konsumen, pendekatan evaluasi kredit juga ditingkatkan.
“Ketergantungan semata pada data SLIK tidak lagi cukup untuk mengakomodasi kompleksitas perilaku konsumen yang dinamis. Oleh karena itu, pengembangan sistem digital berbasis teknologi kecerdasan buatan, khususnya deep learning, menjadi langkah strategis masa depan dalam industri pembiayaan perumahan,” katanya.
Dengan integrasi data historis dan teknologi analitik yang canggih, BSI berharap proses underwriting dapat menjadi lebih presisi, adaptif, dan inklusif.
“Dengan pendekatan ini, bank dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif terhadap karakteristik nasabah, pola pembayaran, serta potensi churn point, sehingga proses underwriting menjadi lebih akurat dan responsif terhadap perubahan perilaku konsumen,” kata Praka.
Komitmen Jangka Panjang BSI
BSI menunjukkan komitmen kuat untuk terus berperan dalam mendukung pertumbuhan sektor perumahan yang inklusif dan berkelanjutan. Langkah-langkah mitigasi risiko yang diterapkan tidak hanya untuk menjaga kualitas pembiayaan, tetapi juga memperkuat peran strategis BSI dalam menopang perekonomian nasional.
“Dengan langkah-langkah mitigasi tersebut, BSI berkomitmen menjaga kualitas portofolio KPR agar tetap sehat dan mendukung stabilitas sektor perumahan sekaligus kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkas Praka.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/bsi-catat-pertumbuhan-kpr-101-tahun-2025/