PropertyandTheCity.com, Jakarta – Industri properti di Bali terus menggeliat seiring perkembangan pariwisatanya. Namun masifnya pembangunan properti tersebut semestinya tidak mengabaikan budaya dan kelestarian alam Bali yang tenang dan asri.
Salah satu pengembang properti yang mencoba mempertahankan suasana dan budaya Bali tersebut adalah Core Concept Living, perusahaan pengembang properti yang fokus pada rancang bangun menyolok dan selaras dengan budaya setempat, dimana membangun properti tidak harus merusak lingkungan atau mengorbankan budaya lokal.
“Saya jatuh cinta kali pertama pada Bali ketika saya terjebak di sini selama lima minggu lebih pada saat COVID-19 melanda Dunia pada tahun 2020. Tidak pernah sedikit pun terbesit di benak kami untuk pindah ke sini. Namun pengalaman itu membuat segalanya berubah,” ungkap Shanny Poijes, Founder & CEO Core Concept Living, dalam media briefing mengenai Core concept living di Jakarta, Senin (19/5/2025).
Pandemi Covid-19 lima tahun lalu menciptakan ceruk pasar baru di sektor gaya hidup termasuk preferensi orang mencari hunian. Musibah global itu membuat pakem rancang bangun sebuah hunian berubah. Di wilayah tropis yang lembab seperti Indonesia, idealnya rumah didesain dengan banyak bukaan dan lubang ventilasi, supaya mendapat banyak cahaya alami dan sirkulasi udaranya lancar. Ruangan yang lembab adalah tempat ideal berkembang biaknya bakteri dan virus.
Sirkulasi udara yang baik itu makin krusial, karea menguatnya tren bekerja dan belajar dari rumah (work from home/WFH). Jadi, kini rumah bukan hanya tempat tinggal tapi juga tempat bekerja, bermain, ngumpul,dan lain-lain. Intensitas penggunaannya meninggi. Tanpa ruangan yang sehat, rumah-rumah bisa berubah menjadi tempat penularan virus mematikan.
Core Concept Living merespon tren itu dengan menawarkan produk hunian sekaligus tempat kerja dan aset investasi. Berpadu dengan jiwa Bali yang sarat dengan unsur batu dan kayu menambah kesan alami, inspirasi ala gaya skandinavia yang rasanya tak pernah gagal memenuhi selera banyak orang melalui penggunaan warna yang cenderung terang, perabot yang simpel dan tak banyak pernak-pernik, bakal menjadi daya tarik sekaligus core of the core dari desain hunian yang akan segera dipasarkan oleh Core Concept Living.
Hunian diklaim tidak sekadar tempat dan warisan keluarga berkembang, namun juga menjadi tempat persahabatan tumbuh secara organik dan bangunan yang memiliki nilai dalam jangka panjang.
“Kami akan meluncurkan proyek residensial berkonsep Skandinavia pertama di Bali dalam beberapa bulan ke depan, konstruksi diharapkan bisa dimulai akhir tahun ini,” ungkap Shanny.
Belum gamblang disebut lokasi, harga maupun spesifikasinya, hanya properti yang dibangun akan dilengkapi dengan panel surya, dimmer LED, dan desain pasif untuk mengurangi konsumsi energi, pengolahan air khusus, dan pengelolaan limbah ramah lingkungan.
“Ini adalah sesuatu yang lazim bagi orang Swedia, dan kami bangga dapat berkontribusi pada industri properti Bali dengan cara yang positif,” kata Shanny.
Shanny tak sendiri. Ia melenggang bersama Victoria Fernandez, Core Concept Living Creative Director. Duo asal Swedia ini memiliki pengalaman selama dua dekade di dua benua, yang memiliki spesialisasi untuk real estat Eropa, desain interior, dan hotel butik.
Dalam keterangan tertulis disebut, Shanny yang berpengalaman dalam pengembangan real estat, manajemen properti, serta operasi penyewaan jangka pendek dan jangka panjang, terlibat dalam beberapa perusahaan yang semuanya berkembang menjadi usaha yang sukses, seperti FFAB Fastighetsförädlarna AB di Swedia, City Apartments Stockholm AB, dan SEGAB Sofia.
Sementara Victoria berpengalaman di bidang produksi dan komunikasi media selama lebih dari 18 tahun. Mengelola program pemasaran untuk berbagai merek dan industri, seperti Lenovo, Eurocard, Volvo, Unibail-Rodamco-Westfield, dan Bjorn Borg. Ia juga berpengalaman industri hospitality, karena dibesarkan dalam keluarga restaurateurs selama dua generasi. Kakeknya Tore Wretman, adalah pelopor dan chef paling terkenal dalam sejarah gastronomi Swedia, serta pendiri banyak restoran di Stockholm.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/jatuh-cinta-pada-bali-duo-swedia-rancang-hunian-ala-skandinavia-yang-ringan-disukai-banyak-orang/