
RM.id Rakyat Merdeka – Genap setahun, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat posisi diplomasi Indonesia di panggung dunia.
Gambaran tersebut antara lain tercermin dalam hasil riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bertajuk “1 Tahun Prabowo-Gibran: Rapor Netizen” yang dirilis Kamis (23/10/2025).
Dalam laporannya, INDEF mencatat, di tengah ketegangan geopolitik, perubahan iklim, dan fluktuasi pasar global, Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di level 5,12 persen (year-on-year) pada triwulan II-2025. Angka ini menjadi bukti bahwa ketahanan makroekonomi nasional tetap terpelihara.
Ekonom Senior INDEF M. Fadhil Hasan menegaskan, indikator makroekonomi menunjukkan stabilitas yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen dan inflasi di bawah 3 persen. Selain itu, tingkat pengangguran terbuka juga menurun.
Menurut Fadhil, capaian tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Prabowo mampu menjaga keseimbangan antara stabilitas ekonomi domestik dan aktivisme diplomasi global. “Ini menjadi fondasi penting untuk memasuki tahun kedua pemerintahan,” ujarnya, Jumat (24/10/2025).
Baca juga : Kunjungi SPPG Dan SD Di Halim, Ibu Negara Brazil Kagumi Program MBG
Ia menambahkan, hasil evaluasi satu tahun pemerintahan Prabowo tidak dapat dibandingkan langsung dengan survei lembaga lain karena perbedaan metodologi. Kajian INDEF, kata dia, merupakan analisis independen terhadap capaian ekonomi Pemerintah, bukan bentuk bantahan terhadap survei mana pun.
Sementara itu, Peneliti Continuum INDEF Wahyu Tri Utomo menuturkan, selama tahun pertama pemerintahannya, Prabowo banyak membangun jalur diplomasi dengan berbagai negara. Berdasarkan catatan INDEF, sekitar 70 persen agenda Prabowo dalam setahun terakhir merupakan kunjungan luar negeri.
“Tingginya persentase ini mencerminkan prioritas besar pada diplomasi global dan penguatan posisi strategis Indonesia di kancah internasional. Selain Asia, fokus diplomasi juga meluas ke Eropa, Timur Tengah, dan Amerika,” ujar Wahyu.
Direktur Pengembangan Big Data INDEF Eko Listiyanto menambahkan, diplomasi aktif tersebut perlu diimbangi dengan hasil ekonomi yang konkret. Menurutnya, hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS), China, dan BRICS masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari proteksionisme AS, ketergantungan ekonomi pada China, hingga rivalitas di antara negara anggota BRICS.
“Strategi ke depan perlu mencakup diversifikasi mitra strategis, penguatan ketahanan ekonomi domestik, serta tata kelola yang transparan dalam kerja sama seperti Belt and Road Initiative (BRI),” kata Eko.
Baca juga : Digertak Trump, Israel Ciut
Ia juga menyoroti perlunya pembenahan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), terutama terkait kasus keracunan makanan dan besarnya alokasi anggaran. Menurutnya, standarisasi, sertifikasi, dan transparansi menjadi kunci untuk mencegah penyimpangan.
Senada, Direktur Konsultan Citra Indonesia (KCI) LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan, berdasarkan hasil survei LSI Denny JA, aspek hubungan internasional memperoleh nilai tertinggi. Disusul sosial-budaya, keamanan nasional, politik, hukum, dan ekonomi.
Menurut Adjie, tingginya skor hubungan internasional tidak lepas dari kiprah aktif Prabowo di berbagai forum global. Publik menilai Prabowo tampil percaya diri saat menyuarakan isu kemanusiaan dalam konflik Israel-Palestina, membawa semangat Global South, serta memperluas jejaring diplomasi dengan tokoh dunia seperti Presiden AS Donald Trump.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, satu tahun pemerintahan Prabowo telah mencatat banyak prestasi, terutama dalam pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,12 persen pada triwulan II2025. Capaian tersebut berhasil diraih di tengah kondisi global yang diwarnai perang dagang dan kebijakan tarif.
Adi menjelaskan, inflasi yang berhasil ditekan hingga kisaran 2 persen menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga di tengah tekanan global yang tidak menentu. Ia juga menyoroti kinerja investasi yang mencapai sekitar Rp 1.434 triliun sepanjang Januari–September 2025, dengan Rp 294 triliun di antaranya berasal dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Baca juga : Ketua DPRD Bengkulu Siap Ajukan Sanggahan
“Data ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia masih tinggi,” ujarnya.
Selain itu, Adi menilai kebijakan ekonomi Pemerintah berdampak nyata terhadap penurunan angka kemiskinan dari 9,1 persen menjadi 8,5 persen. Meski masih menjadi pekerjaan rumah besar, capaian ini mencerminkan solusi nyata di bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan.
“Penyerapan tenaga kerja mencapai lebih dari 3 juta orang dalam satu tahun terakhir, tetapi angka-angka seperti ini tidak banyak tersampaikan ke publik,” pungkas Adi. [BYU]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.






