RM.id Rakyat Merdeka – Dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menegaskan komitmennya untuk memperkuat pembangunan manusia melalui peningkatan budaya membaca dan kecakapan literasi masyarakat. Kepala Perpusnas, Prof. E. Aminudin Aziz, menekankan, literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi fondasi penting dalam membangun SDM unggul.
Ia menjelaskan, rendahnya tingkat literasi nasional bukan semata akibat kurangnya akses pendidikan, melainkan karena budaya membaca yang belum tumbuh kuat di masyarakat. “Tidak mungkin literasi naik tanpa didahului oleh kebiasaan membaca yang baik,” tegasnya.
Karena itu, fokus utama Perpusnas adalah menumbuhkan minat baca sejak dini dan memperluas ketersediaan bahan bacaan menarik di seluruh pelosok negeri.
Untuk itu, Perpusnas meluncurkan program penyediaan buku bacaan anak-anak usia PAUD dan SD. Buku-buku tersebut dirancang penuh ilustrasi dengan teks ringan agar lebih mudah dipahami dan menumbuhkan imajinasi. “Kami ingin anak-anak mengenal buku sebagai sesuatu yang menyenangkan,” ujar Prof. Amin.
Baca juga : Disambut Bahagia, Bantuan Kemanusiaan BAZNAS Diterima Warga Palestina
Program ini dilaksanakan dengan menggandeng penulis, ilustrator, dan penerbit nasional. Buku-buku hasil produksi kemudian dikirim ke berbagai Taman Baca Masyarakat (TBM) dan perpustakaan desa. Setiap titik baca mendapat sekitar 1.000 eksemplar buku baru. Pada 2024, Perpusnas telah mengirimkan buku ke 10 ribu lokasi, dan pada 2025 diperluas menjadi 20 ribu titik baca. Total, Perpusnas sudah mengirim 20 juta buku.
Selain itu, Perpusnas juga memberi bantuan buku ke perpustakaan rumah ibadah dari berbagai agama, seperti masjid, gereja, pura, dan vihara. Koleksi buku di lokasi-lokasi ini disesuaikan dengan karakter dan rekomendasi dari Kementerian Agama agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Perhatian terhadap pembaca dewasa pun tak luput dari perhatian. Melalui program komunitas baca, Perpusnas memberikan bantuan dana hingga Rp 20 juta per komunitas untuk membeli buku sesuai minat anggota. “Kami biarkan masyarakat memilih buku yang mereka sukai, agar tumbuh rasa memiliki terhadap bahan bacaan itu,” katanya.
Langkah ini terbukti efektif mendorong partisipasi warga, terutama pemuda desa yang membentuk kelompok literasi lokal. Mereka menggelar forum baca rutin dan diskusi buku yang berkembang menjadi ruang kreativitas baru di masyarakat.
Baca juga : Pertamina Patra Niaga Luncurkan Tim Serv-Q Tingkatkan Layanan SPBU
Untuk memperkuat dampak literasi terhadap ekonomi, Perpusnas juga melanjutkan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Program ini sudah berjalan sejak 2018 dengan melibatkan hampir 3.000 titik di seluruh Indonesia. Tujuannya, menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar sekaligus pusat produktivitas masyarakat.
Melalui TPBIS, warga diajak membaca buku sesuai minatnya—mulai dari keterampilan tangan, pengolahan pangan lokal, hingga usaha mikro. Setelah membaca, mereka didampingi fasilitator dan narasumber untuk mempraktikkan pengetahuan tersebut, sehingga buku benar-benar menjadi sumber perubahan.
“Perpustakaan bukan lagi tempat menyimpan buku, tapi ruang untuk belajar, berkreasi, dan meningkatkan kesejahteraan,” ujar Prof. Amin.
Ia menegaskan, literasi harus memberi dampak nyata dalam kehidupan masyarakat, bukan sekadar slogan atau angka survei.
Baca juga : Kemkomdigi Ajak Publik Tingkatkan Literasi dan Buat Konten Positif
Dengan semangat “Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa,” Perpusnas berharap masyarakat dapat memandang membaca sebagai kebutuhan, bukan kewajiban. “Kita ingin literasi menjadi gaya hidup baru bangsa ini,” pungkasnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.