
RM.id Rakyat Merdeka – Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Bobby Adhityo Rizaldi, mengusulkan pembentukan matra siber di TNI. Tujuannya, untuk memperkuat pertahanan negara dalam menghadapi ancaman perang modern.
“Serangan siber sudah terbukti mampu melumpuhkan sistem komando militer, sektor energi, hingga infrastruktur vital sebuah negara,” kata Bobby, dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
Menurut mantan Anggota Komisi I DPR ini, negara akan aman apabila mempunyai pertahanan siber yang kuat. “Jika kita tidak menyiapkan matra siber yang kuat, maka kedaulatan dan keamanan nasional akan terus berada dalam risiko,” tambahnya.
Baca juga : BPW Indonesia Dorong Peningkatan Keterwakilan Perempuan Dalam Politik
Ia lantas sedikit mengupas disertasinya yang berjudul “Pembentukan Matra Keempat TNI untuk Memperkuat Strategi Pertahanan Negara dalam Menghadapi Serangan dan Perang Siber“. Dalam disertasi tersebut, terdapat rancangan konseptual pembentukan TNI Angkatan Siber yang mencakup tiga aspek utama.
Pertama, ada pada kekuatan. Bobby berpandangan pembentukan matra dapat dimulai dengan 100 personel ahli siber yang dilengkapi pendidikan dan keterampilan khusus. “Anggaran sekitar Rp 48 triliun untuk pembangunan enam tahun,” ujarnya.
Kedua, aspek organisasi atau penempatan. Angkatan Siber perlu diintegrasikan ke dalam struktur TNI dengan latihan gabungan siber tahunan yang wajib diselenggarakan.
Baca juga : GAC Indonesia Perkenalkan AION UT, Mobil Listrik Ramah Kantong
“Ketiga, aspek kemampuan, yang berfokus pada peningkatan deteksi dini, respons cepat, dan ketahanan menghadapi serangan seperti malware dan ransomware,” terangnya.
Strategi tersebut bukan sekadar penambahan struktur militer, melainkan transformasi paradigma pertahanan negara. “Matra siber adalah kunci untuk menjamin kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi pertahanan. Inilah tameng digital bangsa di abad ke-21,” tegasnya.
Bobby juga mengembangkan model strategi pertahanan siber yang menggabungkan CIA triad (confidentiality, integrity, availability) dan pendekatan basic acts of reconnaissance (BAR). Model itu menempatkan deteksi ancaman, respons cepat, dan pemulihan sistem sebagai siklus utama pertahanan siber.
Baca juga : Persis Solo Cari Titik Kelemahan Sebelum Hadapi Persijap
Selain itu, ia memperkenalkan kerangka sixware yang mencakup brainware, hardware, firmware, software, infrastructureware, dan budgetware sebagai fondasi pembangunan matra siber TNI yang mandiri dan berkelanjutan.
“Perang modern tidak lagi soal tank dan pesawat saja. Senjata terkuat hari ini bisa berupa kode program. Oleh karena itu, TNI harus memiliki matra siber sebagai garda terdepan menjaga kedaulatan digital Indonesia,” pungkas Bobby.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.






